Teriring ucap Bismillah dan Alhamdulillah, saya awali kaki melangkah, mata terbuka, hati merasa, paru memopa, di atas hamparan niyat lillahi ta'ala, di bawah naungan harapan rahmat dan hidayah-Nya. Aku awali hari dengan berenang di pinggir samudera kehidupan. Aku belajar menyelam ke dasar makna kedalaman. Aku meronta lompat ke atas permukaan.
Photo Danau Selaawi, Sukabumi, By Saeful |
Aku yang meronta lompat penuh darah dan air mata, memaksa keluar telanjang dari balutan rahim yang memanjakan. Bukan aku tak senang dalam kelambu rahim. Bukan pula karena aku bosan dalam keamanan penjagaan-Nya. Tantangan dan usaha dalam kondisi rahman yang butuh perjuangan dan pengorbanan setidaknya menjadi magnet besar yang menarik aku untuk menjejal segala kemampuan dan kekuatan yang dianugerahkan. Bumi telah menjadi tantangan menggiurkan bagiku untuk menyelesaikan setiap persoalannya.
Maka dari telanjang, biarkan aku mencari pakaian, dari menangis itu biarkan aku rubah jadi segores senyum atau selebar tawa. Biarkan aku coba buka kembali pintu rahim dengan usaha mengumpulkan kunci rahman yang Dia tebar pada satu jalan yang lurus.
Kini aku ada dalam Institut Kehidupan. Merauk ilmu yang kitab-kitab untuk menampungnya hanya sebesar butir pasir, dan tintanya sebulir uap tak terlihat. Biar saja kucoba melahap. Biarkan aku awali kehidupan. Biarkan kulukis indah ceritanya dengan seni tinta yang berwarna mempesona. Institut Kehidupan yang lulus menorehkan gelar al-Marhum dan al-Marhumah di depan dan belakangnya.
0 komentar:
Posting Komentar